![]() |
| Kyai Mujib dan santrinya |
Oktober, kini tak hanya bulan Pemuda dan Bahasa, satu lagi momen sakral dibulan ini. Pemerintah telah merestui pula bahwa di bulan ini ada Hari SANTRI Nasional. tepatnya 22 Oktober. Santri yang menjadi populasi sebagian besar masyarakat Indonesia patut berbangga dan bersyukur dengan Pengakuan ini. Sebab ranah berkreasi dan berkompetisi akan terbuka lebar dengan langkah baru ini. Supaya tak ditemukan lagi persepsi kuno atau kolot tentang santri. Apalagi yang masih bingung dengan apa atau siapa sebenarnya SANTRI itu?
Untuk tahu lebih banyak siapa santri, bisa klik link dibawah ini!
Pernah Gus Mus, dawuh ; "Santri bukan yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak santri yang tawadhu' kepada Gusti Allah, tawadhu' kepada orang-orang 'alim, kalian namanya santri". Beliau meluaskan pengertian santri itu berarti kalian yang pernah melakukan apa yang beliau dawuhkan, kalian berhak merayakan Hari Santri.
Tapi bagiku santri yang tinggal di pesantren akan memiliki pengalaman yang berbeda pun dengan karakter yang terbentuk dengan santri yang tidak tinggal di pesantren. Tapi kembali lagi kepada individu masing-masing tentang bagaimana praktiknya. Karena tidak semua santri mampu melakukan apa yang didapatkan dari tinggal di pesantren.
Seperti yang pernah saya baca dan dengar, Pesantren adalah wadah yang menyediakan paket lengkap kebutuhan individu bahkan untuk para remaja yang sedang dalam masa berkembang untuk menjadi tempat berproses, mengunduh dan ngangsuh kaweruh kepada 'alim. Menceburkan diri untuk belajar berani mandiri di tengah kehidupan mini masyarakat. Menempa diri agar terbentuk perangai karakter yang sesuai takaran agama, nusa dan bangsa. Mengisi diri dengan segenap ilmu, pengalaman dan barokah sebagai bekal perjalanan hidup didunia dan untuk akhirat kelak.
Seperti yang pernah saya baca dan dengar, Pesantren adalah wadah yang menyediakan paket lengkap kebutuhan individu bahkan untuk para remaja yang sedang dalam masa berkembang untuk menjadi tempat berproses, mengunduh dan ngangsuh kaweruh kepada 'alim. Menceburkan diri untuk belajar berani mandiri di tengah kehidupan mini masyarakat. Menempa diri agar terbentuk perangai karakter yang sesuai takaran agama, nusa dan bangsa. Mengisi diri dengan segenap ilmu, pengalaman dan barokah sebagai bekal perjalanan hidup didunia dan untuk akhirat kelak.
Santri Milenial, istilah yang sering lalu lalang ditelinga dan mata kita. Bagi saya santri milenial itu hanya sebutan santri yang kemudian disandingkan dengan era yang berkembang saat ini. Tapi sebenarnya kita sudah melintas ke era pascamilenial. Sayang, tak semua orang tahu dan paham.
Menjadi santri pascamilenial adalah tantangan yang perlu ikhtiar CakCek, Cakap Cekatan . Sebab ia harus mampu berkompetisi di tengah tumbuh kembang dunia yang cepat berubah ke arah yang lebih canggih dan banyak dikuasai negeri-negeri adi daya non muslim supaya identitas santri tetap eksis mendunia dan menjadi garda depan kemajuan Islam.
Menjadi santri pascamilenial adalah tantangan yang perlu ikhtiar CakCek, Cakap Cekatan . Sebab ia harus mampu berkompetisi di tengah tumbuh kembang dunia yang cepat berubah ke arah yang lebih canggih dan banyak dikuasai negeri-negeri adi daya non muslim supaya identitas santri tetap eksis mendunia dan menjadi garda depan kemajuan Islam.
Melihat, mengamati dan merasakan sendiri bagaiamana santri saat ini, tuntutan dunia untuk terus mengikuti alur revolusinya namun harus tetap berpegang erat pada ajaran salafuna as sholih, merupakan tantangan yang tak mudah. sebab kadang keduanya sangat bertolak belakang. Banyak terjadi konversi budaya pada santri dan pesantren sebagai usaha mempertahankan benteng identitas santri tulen.
Saya teringat dengan kaidah 'ulama ;
Saya teringat dengan kaidah 'ulama ;
"al muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah"
Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.
Kalimat ini sangat relevan dengan era sekarang, ini bisa menjadi pedoman santri dan pesantren dalam proses tumbuh kembang di tengah hiruk pikuk era pascamilenial ini. Jika kita menolak untuk giat dalam hal baru dan kekeuh pada satu dalil salaf maka eksis santri akan pudar bahkan hilang. Mengikuti zaman itu perlu untuk keberlangsungan hidup kita tapi tetap harus pada garis etiket norma agama dan masyarakat.
Santri harus tetap belajar dan beraktifitas pada sistem tradisi pesantren yang disitu ada kegiatan "ngaji" bersama Kyai, sering mengkaji karya-karya para ulama ahlus sunnah wal jamaah yang di kekalkan dalam lembaran kitab-kitab kuning. Meneladani akhlak luhur mereka kemudian meniru mereka dalam cara belajar dan mengabdi kepada para gurunya. Menggunakan taktik baru dan digital inovasi pascamilenial untuk membantu proses keberlangsungan tradisi pesantren tersebut sebagai implementasi akhdzu bil jadidil ashlah.
Dalam artikelnya Ustadz Hamidulloh Ibda di kanal nu online, bertajuk "Tantangan Santri Generasi Alfa, mengatakan bahwa santri tulen, santri dhohir batin akan menjadi pelopor dan menciptakan kehidupan dengan prinsip tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), ta'adul (adil) dan tasamuh (toleran) dan maju. alangkah indahnya jika karakter santri tulen ini dimiliki oleh para pemuda zaman now.
Santri harus tetap belajar dan beraktifitas pada sistem tradisi pesantren yang disitu ada kegiatan "ngaji" bersama Kyai, sering mengkaji karya-karya para ulama ahlus sunnah wal jamaah yang di kekalkan dalam lembaran kitab-kitab kuning. Meneladani akhlak luhur mereka kemudian meniru mereka dalam cara belajar dan mengabdi kepada para gurunya. Menggunakan taktik baru dan digital inovasi pascamilenial untuk membantu proses keberlangsungan tradisi pesantren tersebut sebagai implementasi akhdzu bil jadidil ashlah.
Dalam artikelnya Ustadz Hamidulloh Ibda di kanal nu online, bertajuk "Tantangan Santri Generasi Alfa, mengatakan bahwa santri tulen, santri dhohir batin akan menjadi pelopor dan menciptakan kehidupan dengan prinsip tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), ta'adul (adil) dan tasamuh (toleran) dan maju. alangkah indahnya jika karakter santri tulen ini dimiliki oleh para pemuda zaman now.
Berlandaskan prinsip aswaja tersebut, karakter yang dibawa oleh santri dari pesantren maupun para jiwa santri akan memberikan kesan baik, penuh rahmat dan cinta sesuai dengan fitrah Islam yang sebenarnya, yang berdasarkan perintah Allah dan teladan Kanjeng Nabi.


