Filosofi Ketapel

by - September 02, 2019


Dalam perjalanan hidup kita ini, sering kita jumpai tipe orang-orang yang menjalani hidupnya dengan rutinitas yang mengalir begitu saja, menjalani hari, bulan dan tahunnya seperti urutan semestinya. Disisi lain, kita juga melihat orang-orang yang beraktifitas sesuai rencana besarnya yang sudah jauh-jauh hari ia persiapkan dan mereka terlabel berbeda tapi menunjukkan hasil yang cukup menginspirasi banyak orang lain dan nyata hasilnya. Dibandingkan tipe pertama yang terlihat lurus saja dengan hasil biasa yang cukup untuk dirinya saja, namun ada juga sih beberapa yang tidak monoton.

Nah, keduanya tidak ada yang salah bagiku dan bagi kalian juga bukan? Toh mereka menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Agama dan nilai masyarakat. Namun nilai hidup yang disebut kualitas hidup itu dirasa kurang. Menjadi makhluk yang tidak kekal sudah kita ketahui dan bagaimana Allah sudah memberi tahu lewat para utusanNya untuk senantiasa menyiapkan bekal-bekal di alam selanjutnya agar kita termasuk golongan yang selamat dan diharapkan Allah dan RosulNya.  Sehingga perlu bagi kita untuk banyak melakukan hal baik sebagai investasi akhirat, dengan banyak memberikan sesuatu yang berguna  nan bermanfaat kepada sesama makhluk di dunia. Sebab tidak hanya bahagia dan berguna bagi yang lain saja namun kita akan mendapat manfaat untuk diri kita.

Melihat implikasi yang begitu berpengaruh dari tipe di atas, orang - orang yang berani berbeda namun menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kita tentunya perlu belajar pada mereka tentang "mengapa dan bagaimana" dalam menyiapkan investasi mereka. Berkualitas itu menjadi nilai yang harus diraih dan didapatkan agar nanti bekal kita tidak kekurangan dan bahkan bisa dibagikan untuk yang lain.

Dari beberapa sumber yang saya baca dan saya amati mereka rela untuk merubah haluan mereka bahkan berhenti untuk lebih menyiapkan segala kebutuhan sesuai dengan target yang akan dicapai. Bagi saya mereka mengamalkan pelajaran dari konsep kerja ketapel.

sassate.it/fionda/

Filosofi Ketapel, dia perlu ditarik mundur dengan kuat untuk melaju kuat dan cepat menuju sasaran yang dituju dengan tepat, pas dan benar.

Tidak apa bagi mereka tertinggal dengan yang lain asal bekal dan persiapan untuk selanjutnya lebih matang, sehingga tujuan yang diinginkan bisa tertuju sesuai target dan harapan dia dan yang lain. Tidak apa menjadi berbeda dengan segala rintangan di awalnya, dengan segala persepsi orang-orang disekitar yang tidak tahu akan manfaat tujuan. Demi melesatnya langkah kita dan revolusi yang kita harapkan serta tidak terpengaruh dengan sesuatu lain yang tidak sadar mengincar jalan kita yang tak cepat.

Misal ya... . Menunda studi ke perguruan tinggi, dan harus bekerja karena terkendala biaya. Tak apa asal pandai membaca situasi sekitar dan tahun berikutnya. Persiapan diri seperti soft skill dan hard skill perlu terus diisi dan dikembangkan untuk masuk dunia baru. Sehingga kita punya bekal lebih untuk fastabiqul khoirot nantinya. Langkah yang seperti ini bahkan menjadikan kita lebih kuat dan percaya diri dengan segenap apa yang telah dikantongi hingga kita yaqin dengan pilihan yang kita tentukan dan telah siap menghadapi apa yang seharusnya dijalani.

Mundur disini berarti membiarkan waktu tetap bekerja semestinya dengan orang-orang lain yang mengikuti arusnya dan kita berhenti untuk lebih banyak mengumpulkan kesiapan diri, menimba pengalaman dan pengetahuan lain yang perlu diisi, dan banyak membaca situasi sekarang dan nanti yang bakal menjadi tantangan saat kita melesat.

Jadi, aturlah gaya tarik mundur kita dengan potensi yang seharusnya kita butuhkan, fokus dengan sasaran yang kita tuju dan bersiaplah untuk melesat jauh mewujudkan impian-impian menawan kita.


Awal Muharrom, 1441 H

You May Also Like

0 komentar

Silakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....

Powered by Blogger.