Potret Keabadian

by - November 22, 2019



Berkunjung ke suatu tempat baru atau lama, yang kiranya kita berpindah dari tempat tinggal kita adalah salah satu bentuk kegiatan yang perlu dilakukan karena akan ada banyak hal baru yang didapatkan. Spot yang perlu dikunjungi adalah makam, kenapa makam ? sebab ada pelajaran sangat penting dan perlu diterima disana. Tidak banyak orang yang membahasnya karena perkara ini berurusan dengan kematian. Satu hal yang penuh keberanian dan kesiapan hati untuk memikirkannya.

Ziarah kita lebih mengenal kalimat itu untuk disandingkan dengan kegiatan ini.  Ziarah kubur. Mengunjungi pusara-pusara orang yang sudah terlebih dulu meninggalkan kita, mengunjungi mereka untuk mendoakan mereka dengan jarak yang lebih dekat.

Ziarah makam Nabi, makam waliyullah atau makam masyayikh adalah ziarah yang dianjurkan, sebab mengunjungi pusara mereka sama dengan mengunjungi mereka. Kita serasa bisa duduk berhadapan dengan mereka, orang-orang mulia dan dimuliakan. Selain mengirim doa untuk mereka, sebenarnya ada kebaikan untuk kita yang mengunjungi.



Apa kebaikannya?
Ada ritual yang biasa guru kita ajarkan adalah ritual tawassul, semacam kita merapal doa kepadaNya melalui kemuliaan dan karomah mereka. Mereka yang dekat dengan Allah dan dicintai oleh Allah sudah pasti ada koneksi kuat diantara mereka , dan pastinya qobul doa dan harapan mereka, maka jika kita datang kepada mereka menyampaikan doa-doa kita besar kemungkinan, doa akan disampaikan oleh beliau kepada Allah Ta’ala. Ini bisa kita sebut dengan tabarrukan.

Selain pada pelajaran tawassul, ziarah makam para kekaksihNya ini menimbulkan efek marem kan ati, di sisi laina itu adalah cara kita agar selalu mengingat bahwa di ujung hidup kita akan bertemu mati. Ada kekuatan husnudzon bahwa doa-doa kita akan segera sampai pada yang Maha pengabul doa.

Makam orang mulia akan banyak dikunjungi para mereka yang masih hidup,  bahkan mereka datang berbondong-bondong bersama sanak kerabat dan saudara, tak pandang waktu, dua puluh empat jam non stop, lalu lalang ribuan manusia terus bergantian mengunjunginya, tak ada raut muka sedih, mereka menunjukkan rona muka yang penuh harap, dan bahagia, bak anak kecil yang akan bertemu dengan orang tua nya yang lama tak berjumpa. Semacam rindu dan keceriaan.

Berjalan di antara nisan yang tegak berdiri, ada yang bernama ada yang tidak. Menuju makam utama sang wali, kemudian duduk khidmad didepan pusaranya. Lalu memberikan salam hurmat kepadanya,  kemudian mulai membacakan dzikir-dzikir hingga larut dalam keasyikan kekhusyukan bacaan-bacaan indah. Inilah runtutan ritual yang memberikan ketenteraman sanubari, sungguh membuat ingin berlama-lama di depannya. Bahkan tanpa sadar setelah kita meluapkan perasaan mulai dari syukur lalu kesukaran hidup yang kita hadapi, hingga air mata sudah berderai-derai kita akan tetap ingin mengulang lagi. Seakan makam mereka berpetuah akan indahnya bersemayam di alam sana dengan orang terkasihnya.

Kemudian diujung doa, mata, pikiran, dan hati tertarik untuk fokus pada yang ada disekeliling, menerjemahkan situasi bahwa ini adalah Potret Keabadian makhlukNya, diantara dua nisan, dibawah gundukan tanah, telah terbaring seorang yang mulia disisiNya, disisi makhlukNya. Sebarapa ‘alim, pintar, cerdas, kaya, dan ‘abidnya seseorang pasti akan bertemu dengan kepastian yang sudah tertulis yaitu mati.

Alangkah beruntungnya jika kita mati dalam keadaan yang paling baik, meski sudah berbeda dunia, dimanapun berada pasti akan dicari, diperjuangkan untuk bertemu, meski sekedar salam atau mendoaaknnya.

Orang-orang yang cinta dekat dengan Pencipta dan suka bergaul dengan sesamanya pasti akan dicari, dimuliakan, diberikan tempat yang terbaik meski jasad mereka sudah tak satu dunia. Mereka adalah orang-orang bahagia dengan kematian sebab mereka lebih suka dan senang akan segera bertemu dengan Sang Maha Kasih juga bertemu dengan orang-orang yang dikasihnya.

Berbeda dengan kita yang ingin berlama-lama dengan hembusan nafas dan suara detak jantung kita, merasai indahnya hamparan bumi yang ternyata tak lebih besar dari planet saturnus atau jupiter. Kita yang banyak berpikir hidup enak hingga lupa bagaiamana mati enak.

Potret keabadian mengajarkan kita, bahwa nasihat paling jitu adalah mengingat mati dan tidak akan lagi mengembalikan jasad kita pada euforia dunia. Mati adalah masa kita menuju keabadian. Terputusnya segala perbuatan amal (kecuali 3 perkara). Kita akan dididik agar senantiasa memperbaiki diri, berbuat baik kepada makhluk-makhluk lain dan menabung untuk kesiapan hari itu.

Jika memang dirasa sulit untuk dekat denganNya, perlu kita upayakan untuk dekat dengan orang-orang yang dekat denganNya, sebab dari dekat dengan mereka akan menjadi wasilah atau penghubung kita dekat denganNya. Sebab mengandalkan amal kita tidak menjadi kepastian bagi kita bisa merasakan kenikmatan sejati keabadian kelak.

Mengunjungi pusara mereka adalah bentuk rasa hurmat, rasa menghargai kita kepada jasa-jasa mereka demi kelangsungan hidup kita saat ini. Ayat-ayat Allah yang kau bacakan insyaallah akan sampai pada mereka  dan menjadi catatan amalan bagi mereka dan akan menjadi ladang barokah untuk kita petik dan merasakan nikmat kebaikan dari mereka di dunia.

Nanti, kita adalah bagian dari mereka, 29 Desember 2019

You May Also Like

0 komentar

Silakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....

Powered by Blogger.