Potret Keabadian
Berkunjung ke suatu tempat baru atau lama, yang
kiranya kita berpindah dari tempat tinggal kita adalah salah satu bentuk
kegiatan yang perlu dilakukan karena akan ada banyak hal baru yang didapatkan. Spot
yang perlu dikunjungi adalah makam, kenapa makam ? sebab ada pelajaran sangat
penting dan perlu diterima disana. Tidak banyak orang yang membahasnya karena
perkara ini berurusan dengan kematian. Satu hal yang penuh keberanian dan
kesiapan hati untuk memikirkannya.
Ziarah kita lebih mengenal kalimat itu untuk
disandingkan dengan kegiatan ini. Ziarah
kubur. Mengunjungi pusara-pusara orang yang sudah terlebih dulu meninggalkan
kita, mengunjungi mereka untuk mendoakan mereka dengan jarak yang lebih dekat.
Ziarah makam Nabi, makam waliyullah atau makam masyayikh
adalah ziarah yang dianjurkan, sebab mengunjungi pusara mereka sama dengan
mengunjungi mereka. Kita serasa bisa duduk berhadapan dengan mereka,
orang-orang mulia dan dimuliakan. Selain mengirim doa untuk mereka, sebenarnya
ada kebaikan untuk kita yang mengunjungi.
Apa kebaikannya?
Ada ritual yang biasa guru kita ajarkan adalah ritual tawassul,
semacam kita merapal doa kepadaNya melalui kemuliaan dan karomah mereka. Mereka
yang dekat dengan Allah dan dicintai oleh Allah sudah pasti ada koneksi kuat
diantara mereka , dan pastinya qobul doa dan harapan mereka, maka jika kita
datang kepada mereka menyampaikan doa-doa kita besar kemungkinan, doa akan
disampaikan oleh beliau kepada Allah Ta’ala. Ini bisa kita sebut dengan tabarrukan.
Selain pada pelajaran tawassul, ziarah makam
para kekaksihNya ini menimbulkan efek marem kan ati, di sisi laina itu
adalah cara kita agar selalu mengingat bahwa di ujung hidup kita akan bertemu
mati. Ada kekuatan husnudzon bahwa doa-doa kita akan segera sampai pada
yang Maha pengabul doa.
Makam orang mulia akan banyak dikunjungi para mereka
yang masih hidup, bahkan mereka datang berbondong-bondong
bersama sanak kerabat dan saudara, tak pandang waktu, dua puluh empat jam non
stop, lalu lalang ribuan manusia terus bergantian mengunjunginya, tak ada raut
muka sedih, mereka menunjukkan rona muka yang penuh harap, dan bahagia, bak
anak kecil yang akan bertemu dengan orang tua nya yang lama tak berjumpa.
Semacam rindu dan keceriaan.
Berjalan di antara nisan yang tegak berdiri, ada yang
bernama ada yang tidak. Menuju makam utama sang wali, kemudian duduk khidmad
didepan pusaranya. Lalu memberikan salam hurmat kepadanya, kemudian mulai membacakan dzikir-dzikir hingga
larut dalam keasyikan kekhusyukan bacaan-bacaan indah. Inilah runtutan ritual
yang memberikan ketenteraman sanubari, sungguh membuat ingin berlama-lama di
depannya. Bahkan tanpa sadar setelah kita meluapkan perasaan mulai dari syukur lalu
kesukaran hidup yang kita hadapi, hingga air mata sudah berderai-derai kita akan
tetap ingin mengulang lagi. Seakan makam mereka berpetuah akan indahnya
bersemayam di alam sana dengan orang terkasihnya.
Kemudian diujung doa, mata, pikiran, dan hati tertarik
untuk fokus pada yang ada disekeliling, menerjemahkan situasi bahwa ini adalah
Potret Keabadian makhlukNya, diantara dua nisan, dibawah gundukan tanah, telah
terbaring seorang yang mulia disisiNya, disisi makhlukNya. Sebarapa ‘alim,
pintar, cerdas, kaya, dan ‘abidnya seseorang pasti akan bertemu dengan kepastian
yang sudah tertulis yaitu mati.
Alangkah beruntungnya jika kita mati dalam keadaan
yang paling baik, meski sudah berbeda dunia, dimanapun berada pasti akan
dicari, diperjuangkan untuk bertemu, meski sekedar salam atau mendoaaknnya.
Orang-orang yang cinta dekat dengan Pencipta dan suka
bergaul dengan sesamanya pasti akan dicari, dimuliakan, diberikan tempat yang
terbaik meski jasad mereka sudah tak satu dunia. Mereka adalah orang-orang
bahagia dengan kematian sebab mereka lebih suka dan senang akan segera bertemu
dengan Sang Maha Kasih juga bertemu dengan orang-orang yang dikasihnya.
Berbeda dengan kita yang ingin berlama-lama dengan
hembusan nafas dan suara detak jantung kita, merasai indahnya hamparan bumi
yang ternyata tak lebih besar dari planet saturnus atau jupiter. Kita yang
banyak berpikir hidup enak hingga lupa bagaiamana mati enak.
Potret keabadian mengajarkan kita, bahwa nasihat paling
jitu adalah mengingat mati dan tidak akan lagi mengembalikan jasad kita pada
euforia dunia. Mati adalah masa kita menuju keabadian. Terputusnya segala
perbuatan amal (kecuali 3 perkara). Kita akan dididik agar senantiasa
memperbaiki diri, berbuat baik kepada makhluk-makhluk lain dan menabung untuk
kesiapan hari itu.
Jika memang dirasa sulit untuk dekat denganNya, perlu
kita upayakan untuk dekat dengan orang-orang yang dekat denganNya, sebab dari
dekat dengan mereka akan menjadi wasilah atau penghubung kita dekat denganNya.
Sebab mengandalkan amal kita tidak menjadi kepastian bagi kita bisa merasakan
kenikmatan sejati keabadian kelak.
Mengunjungi pusara mereka adalah bentuk rasa hurmat,
rasa menghargai kita kepada jasa-jasa mereka demi kelangsungan hidup kita saat
ini. Ayat-ayat Allah yang kau bacakan insyaallah akan sampai pada mereka dan menjadi catatan amalan bagi mereka dan
akan menjadi ladang barokah untuk kita petik dan merasakan nikmat kebaikan dari
mereka di dunia.
Nanti, kita adalah bagian dari mereka, 29 Desember
2019

0 komentar
Silakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....