Kiprah Santri
Alhamdulillah saya Mondok, begitulah judul buku karya seorang santri yang kerap dipanggil kang Amin. Buku bersampul coklat berilustrasi khas santri ini berisi potongan momen-kisah nyata penulis sewaktu menjalani hari-hari menjadi santri di salah satu pondok pesantren salaf besar di sudut kota kediri, Jawa Timur.
Pilihan kata yang lugas dan renyah tentang pengalamannya membawa para pembaca khususnya para alumni pesantren terbang melintas ke ruang waktu melihat kembali suasana asyik ketika mondok. Santri yang harus terpisah jauh dan lama dengan orang tua, hidup yang dituntut sederhana, sistem belajar yang kerap mengejar dan memburu, waktu santai yang singkat serta kudu sabar mengantri dan ikhlas mengabdikan diri menjadi poin yang sering diceritakan. Memang dari tempaan itulah para santri dibentuk menjadi manusia berkarakter mulia untuk bekal hidup di dunia dan di akhirat nanti.
Bu Nyai Khilma Anis, penulis novel best seller Hati Suhita dalam karya lainnya Wigati, ia menganalogikan santri layaknya sebuah keris. Keris adalah benda sakral yang memerlukan proses penempaan yang lama juga ketat dalam pembuatannya. Si empunya bahkan akan melakukan ritual pertapaan atau tirakat yang sering juga diberlakukan untuk pemesannya demi menjaga kesakralan sebuah keris. Begitu pun santri yang mondok, ia ditempa dengan keadaan yang penuh tantangan untuk membentuk karakter manusia yang sesuai fitrahnya. Santri juga perlu tirakat di tengah proses mencari ilmunya, perlu belajar bersosial yang baik dengan sekitarnya, perlu mengabdikan diri untuk ilmu dan gurunya. Dengan begitu karakater mulia santri akan terus kuat dalam segenap jiwa raganya hingga tidak mudah terombang ambing ombak perubahan zaman dan tetap teguh dalam jalur akidah dan ajaran Islam.
Santri merupakan istilah khas bangsa kita, Indonesia tercinta ini. Santri telah berakulturasi dari bahasa para pendatang India dengan agama Hindu Budhanya. Dalam buku karya KH. Aguk Irawan, menurut CC. Beng, santri berasal dari bahasa India Shastri yang artinya "orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu". Dalam bahasa Sansekerta/Jawa dikenal dengan Cantrik yakni "orang yang selalu mengikuti guru yang kemudian dikembangkan oleh Taman Perguruan Taman siswa dalam sistem asrama yang dikenal Pawiyatan. Selanjutnya para walisongo sebagai Founding Father tumbuh kembang Islam di Nusantara memakai istilah santri untuk menyebut mereka yang mendalami ilmu agama, dan nama itu terus abadi hingga sekarang hingga ratusan tahu berikutnya peran besarnya diakui dan dirayakan sebagai Hari Santri Nasional.
'Ulama terus hadir mebersamai umat, ide-ide dakwahnya terus berkembang mengikuti zaman. Santri menjadi cikal bakal yang terus dilestarikan demi misi menebar Islam yang rohmatal lil 'alamiin dan misi melanjutkan dakwah Nabi Muhammad saw. Para 'ulama memantabkan ciri dan peran santri dalam filosofi huruf arab سنتري
سالك الى الاخرة
Tindak laku santri atau ibadahnya hanya utk misi akhirat
نائب عن المشايخ والعلماء
Santri adalah penerus ulama
تارك عن المعاصى
Santri harus sekuat tenaga meninggalkan maksiat
راغب فى الخيرات
Santri menyukai hal-hal positif dan meneladankannya
يرجوا فى الدين والدنيا والاخرة
Santri yang selalu mengharap untuk kebaikan agama, dunia dan akhirat.
Kini, arus zaman yang melesat jauh juga menjadi tantangan kiprah para kaum santri. Euforia dunia yang menawarkan berbagai macam kecanggihan dan ke-otomatis-annya, mendorong kaum santri untuk bisa ikut berkompetisi menunjukkan taringnya. Santri bukan lagi yang berlabel kolot dan kumuh, bukan lagi yang gagap teknologi, bukan lagi yang merem perubahan. Maka dari itu sudah sepatutnya Santri menjadi garda depan akhlak mulia, mengambil peran dalam perkembangan dunia dengan keilmuannya, dan terus menebar kedamaian diantara sesama umat.
Gus Baha salah satu ahli tafsir kebanggaan santri nusantara pernah dawuh, sudah saatnya para ahli tafsir, hadits, fiqih, nahwu, dan keilmuan lainnya dari para santri pondok pesantren yang sudah jelas sanad keilmuannya memasang nama, maksudnya ikut berdakwah dan berkecimpung menebar ajaran dan nilai Islam sesuai keilmuannya melalui ragam media yang ditawarkan kecanggihan teknologi pada era milenial ini. Membasmi kemungkaran dan kekeliruan paham ajaran agama menjadi sasaran penting dakwah masa kini.
Di sisi lain hidup sederhana dan berdampingan dengan berbagai macam situasi juga karakter kawan selama mondok, mampu menjadi bekal santri berkiprah di tengah umat, kedisiplinan waktu dan kegiatan ibadah juga menjadi bekal untuk tetap pada jalur agama yang kuat sebagai komitmen hubungannya dengan sang Pencipta.
Mengambil budaya baru yang baik dan memelihara budaya lama yang lebih baik. Itu dalil yang sangat pas menjadi pegangan erat para santri di era milenial ini. Menjadi kaum tengah atau istilah ulama Ahlu sunnah Wal Jamaah adalah wasatiyah atau kata akdemisnya Umat Moderat adalah jalan tengah yang aman dan baik. Tidak menutup mata dengan perubahan zaman dan tidak melulu gegabah meninggalkan budaya lama.
Budaya baru yang baik dan melahirkan kemaslahatan perlu dipakai untuk tetap bisa bertahan, namun tetap memelihara budaya para salaf dengan cara lebih baik juga harus dilestarikan. Dengan begitu kiprah santri akan cemerlang dan diterima baik oleh masyarakat dan dunia.
Mari ber-Fastabiqul Khoirot, mari tampilkan akhlak santri sesuai teladan Nabi, mari jaga kesehatan dzohir batin, sebab dari Santri Sehat Indonesia Kuat Dunia Selamat.
Selamat Hari Santri Nasional
22 Oktober 2020
Dari Santri Nusantara yang bangga bisa mondok dan menjadi Santri.



0 komentar
Silakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....