Berbicara tentang tajuk kali ini, barangkali sudah menjadi tema pembicaraan kita
sehari-hari. Adalah suatu perbuatan yang bagi makhluk hidup menjadi daftar
kebutuhan. Kenapa butuh? Sebab fitrah makhluk hidup yang diciptakan beraneka
ragam dengan perbedaan yang melekat sedangkan di sisi lain memilki kesaman tujuan untuk menjalani
takdir yang sudah ditetapkan, yang nyatanya butuh dilalui bersama-sama maka
sutau kebutuhan untuk saling menyesuaikan di antara makhluk hidup agar tercipta harmoni
dan selaras dalam menjalani hidup.
Penyesuaian berasal dari kata sesuai yang tidak selalu
berartikan sama, sesuai memiliki esensi mengerti dan memahami yang kemudian
ditampilkan dengan perbuatan dan pasti diperlukan sebuah proses atau sering
kita sebut penyesuaian.
Dalam bahasa lain penyesuaian memiliki padanan kata
adaptasi, yakni proses penyesuaian dengan hal-hal baru. Di setiap detik dalam
kehidupan makhluk hidup yang berjalan maju adalah hal baru kemudian menjadi ruang waktu yang lebih luas
sehingga kita benar-benar diantarkan kepada situasi dan kondisi baru. Setiap
hal baru tersebut kita perlu mengenal, mengerti dan memahami kemudian menyesuaikan
agar tercapai tujuan seperti uraian sebelumnya. Seperti kata pepatah "selalu ada pertama pada hal baru".
Proses penyesuaian yang membutuhkan waktu, tenaga , dan
kreatifitas tidak selalu berjalan mudah bagi kita. Hal baru yang membuat
bahagia akan sangat mudah kita terima dan pahami tapi hal baru yang tidak sesuai
dengan harapan atau keinginan apalagi memunculkan rasa negatif, maka akan
dirasa sulit untuk menerima dan memahami.
Kebutuhan penyesuaian seiring berjalan menjadi tuntutan bagi kita, sebab
detik waktu yang selalu berjalan mendorong kita menerima hal-hal yang terjadi. Mau
tidak mau kita harus menghadapinya dan menjalaninya. Hal baru yang menjadi
objek penyesuaian tidak selalu menakutkan dan benar-benar mengejutkan, sebab
Pencipta kita telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa kita ketahui,
pelajari dan laksanakan. DIA telah memberikan pedoman dan utusan agar kita bisa
belajar dari keduanya sebagai persiapan kita akan hal-hal baru dalam hidup
kita.
Semuanya bisa dipelajari, bisa dipersiapkan dengan syarat “kita
mau”. Pada realitanya hidup yang sedang kita jalani tidak berujung di kata “pasrah”.
Kita memang diajarkan untuk bisa berserah diri dan pasrah, tapi bukan yang
hanya duduk manis dan bertopang dagu melainkan kita harus mau tetap berusaha,
mau terus belajar, dan senantiasa melakukan kebaikan baik untuk dirinya sendiri
dan di sekitarnya.
Pada mulanya saya memahami sikap pasrah adalah tahap paling ujung dari sebuah perbuatan, tapi nyatanya menurut salah seorang ahli Filsafat Dr. Fahrudin Faiz, pasrah itu bukan lantas kita tidak bergerak dan berhenti berjuang malah jika seperti ini jatuhnya hanya akan membuat kita menjadi malas. padahal dalam hidup yang terus berlanjut ini kita sudah memiliki tangggung jawab yang harsus ditunaikan.
Untuk itu, kita perlu bergerak dulu, perlu mau dan usaha dulu untuk mengenal, mengerti dan memahami kemudian menghadapi apapun yang hadir dalam kehidupan kita. Bukan hal yang buruk jika kita pernah bersikap dan berbuat salah dan keliru dalam proses penyesuaian diri, malah bisa jadi dari sana kita bisa bersikap benar dan tepat di kemudian kesempatan.
Perlu kita sadari bahwa semua pernah berbuat salah dan keliru ketika menghadapi hal-hal baru, bahkan untuk hal lama yang dilakukan kembali. It's okay. Kita hanya perlu mau melihat lagi titik salah atau keliru itu, menerimanya lalu mengevaluasinya dan memperbaikinya.
Banyak orang di sekitar kita yang akan membantu dalam proses menghadapi hal-hal baru yang pasti datang, temui mereka dan mari berbicara. Jangan lupa berdoa dan berserah di setiap sikap dan perbuatan sebagai sarana izin kita kepadaNya agar yang kita lakukan menghasilkan sesuatu yang kita harapkan dan bebrbuah kebaikan untuk diri kita dan di sekitar kita.
yuk bisa yuk!!!
Yang juga masih belajar, 1606

2 komentar
Tulisannya penuh makna.. Terua berkarya yah
ReplyDeleteLike 👍😇
ReplyDeleteSilakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....