Hidup ya begitu akan selalu berkesempatan mencipta kesal, gundah, sedih, dan tidak nyaman. Kalau kata lora @ismaelalkholilie ya emang dibuat begitu sama Allah biar kita ndak melulu terbuai euforia dunia. Supaya kita kembali lagi ke Allah mendekat lagi, lagi, terus dan terus.
Ada satu maqolah yang ditulis sayyid @jafaralydrs
حزن يردك الى الله خير من فرح يشغلك عنه
"Kesedihan yang membuatmu mendekat kepada Allah itu lebih baik daripada kesenangan yang menyibukkan dirimu dariNya"
Beraaat yaa, susah ya, capek yaa
Yaa ini kita, manusia
Kalau kata dr. Kim Sabu "mana ada kehidupan yang ndak ada kesulitan, aku belum pernah melihat orang lain menjalani hidup yang mudah"
Lalu bagaimana?
Opo to ya pura-pura seneng, ngempet ae ta? Opo nangis geruh geruh karo misuh-misuh. Ndak ilok ta yaa.. kudu piye terus??
Emosi Negatif memang tidak membuat nyaman diri kita. Bawaannya pingin mengeluh terus, nangis terus, ndak sanggup mau legowo nerima dan pinginnya lekas-lekas keluar dari situasi itu.
Mari bersama kita sadari bahwa kita manusia yang hidup dan bernafas yang wajar merasakan emosi-emosi negatif itu. Kalau meminjam istilahnya Kiai Online saya, Lora Ismael, ya begitulah karakter kehidupan.
Emosi itu sering datang sebab diri kita sendiri, sering pula bersumber dari sekitar.
Jadi, mari sepakati kalau emosi negatif yang ada di masing-masing kita itu hal wajar bagi kita sebagai manusia normal. Setiap kita pernah merasakannya dan memiliki berbagai cara ya g berbeda menghadapi dan mengatasinya.
So, please!! Stop say to another one (gaslighting)
Gitu aja baper
Alah, ndak usah dipikirin
Gak perlu segitunya kali
Seharusnya, kamu bersyukur
Semangat yaa
Terus kudu piye iki?
Karena kita yang merasakan, maka diri kita ini adalah orang pertama yang bisa mengubahnya sendiri, yang bisa memutuskan mau ngapain.
Coba deh buka surat Ar Ro'du Ayat 11
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
Cari sendiri arti dan maknanya yaa!!
Keputusannya ada di kita ini. Lah wong kita yang tahu kita lagi ndak baik-baik saja. Jadi kita ini yang akan menentukan pilihan arah mau dibawa kemana diri ini.
Sesadarnya kita menghadapi badai emosi itu,
Hal paling pertama yang bisa kita lakukan adalah ambil nafas dalam-dalam lalu pelan-pelan keluarkan. (Lakukan berulang)
Boleh dan silakan kalau perlu meluapkannya (Katarsis Emosi) semisal menangis, it's okay
Noted : Luapkan sekadarnya tanpa menyakiti diri sendiri apalagi sekitarnya
Kalau kata Psikolog, langkah selanjutnya; kita perlu mengakui emosi negatif itu dan kemudian menerimanya (Validasi Emosi), bahwa kita sedang sedih, kesal, marah, jengkel, galau, capek, dan tidak nyaman.
Tentunya semua adalah PROSES yang cukup berat dan yaa kudu tetap dilalui, meskipun sudah banyak luka, babak belur dan sempoyongan.
One of way I used to do; whispering the whole of emotions on sujud. Outpouring all of feelings to The Most Know who I am. Crying to The One and Only. I would be at the most comfort zone. Perhaps I felt enough I would be relieved.
Selanjutnya, mari ajak diri berbicara (Self Talk) baik-baik. Dipeluk dan dipuk-puk sendiri (butterfly hug). Bilamana hati dan diri sudah cukup lega dan berdamai, maka kasih sayang Allah akan mudah diterima, nasihat dan hikmah juga mudah disambut. Pikiran kita juga turut berangsur pulih dan mengulurkan logisnya untuk menarik hati yang terpeleset bahkan terperosok.
Bener banget lagunya Opick. Tombo ati ada 5 perkaranya...
1. Moco Quran sakmaknane
2. Solat wengi lakonono
3. Wong kang soleh kumpulono
4. Kudu weteng ingkang luwe
5. Dzikir wengi ingkang suwe
Yap.. perlu dicoba!! U'll find the serendipity!!
Oke, perlu diperhatikan bahwa emosi negatif yang terjadi berulang dan kambuh (gangguan emosi) ini yang butuh bantuan. Butuh profesional untuk membantu kita mengatasinya. Para profesional akan membantu kita mengatur emosi (Regulasi emosi) supaya emosi kita kembali pulih dan stabil. Jangan biarkan ini memengaruhi hidup kita yang sudah berat.
Kita perlu tahu dan mau mengerti bin memahami bahwa semuaaa orang punya indikasi terpapar. Beberapa waliyullah Sekelas Syaikhul Islam Imam Al Ghozali, Waliyullah Imam Syibli (ditututurkan oleh Syaikh dr. Yusri) saja pernah dilanda gangguan emosi. Jadi tidak kaitannya dengan lemahnya iman seseorang yang karena itu kita tidak berhak menilai orang lain dengan kesok-tahuan kita seban setiap orang memiliki perjuangan bertahan yang berbeda-beda.
Apalagi hari-hari ini, banyak sekali pemuda pemudi gen Y dan Z yang mengalami gangguan emosi. Kenapa?? Sebab tidak tahu cara katarsis emosinya, tidak berani mengakui emosinya, sering menahan emosi negatif itu dan bisa juga sih lingkungan yang memarjinalkan perasaannya.
Tidak hanya fisik, mental dan jiwa kita juga perlu diperiksakan jika terjadi hal-hal buruk yang berulang dan kambuh. Fatalnya lagi bisa memengaruhi fisik (psikosomatis). Luh.. GAK BAHAYA TA?
Mari kita sering-sering ucapkan terima kasih dan maaf sama diri sendiri yang udah hebat bertahan melawan hawa nafsu, bersabar dan tangguh, sering-sering diajak bicara, sering-sering diajak sowan sama yang mengatur dan menciptakan hidupnya, supaya terus tangguh, senantiasa siaga pasang kuda-kuda ngadepinnya, ndak gampang menyerah dan lekas bangun untuk menghadapi kehidupan yang lucuk dan sering ngajak gelut.
Satu lagi, kita perlu punya mantra untuk memulihkan diri yang seringnya tidak baik-baik saja. Mantra yang akan abrakadabra menyadarkan diri kita bahwa kita cukup lama berjalan tanpa arah di bawah pengaruh emosi negatif.
Semisal : having a bad day? Just take a deep breath and say it's just a bad day not a bad life.
Inhale... exhale...
Yang nulis juga tidak selalu baik-baik saja, terpuruk bahkan sakit juga pernah, mohon berkenan mendoakannya semoga dia lebih berlapang dada dan senantiasa pantang menyerah. (Amiin)
Semoga sehat-sehat jiwa raganya ya kawan-kawan bacaku, you deserve be happy and enjoy this blessed life.
With love
Me
