Bertemunya Kebaikan
Cerita kali ini patut saya abadikan juga bagikan. Mari bersiap membaca.
Pagi sebelum subuh, Selasa 14 Februari. Saya bersiap bertolak pulang ke rumah. Tujuan utama kali ini saya akan ikut pesta demokrasi negara. Sebagai warga negara baik sudah kewajiban untuk ikut bersuara menentukan siapa pemimpin negeri ini - begitu dawuh guru saya. Seperti biasa saya akan pulang menggunakan transportasi umum. Biasanya saya diantar rekan baik saya. Tapi hari dia sedang ada tugas, jadi tidak bisa. Alhasil lepas subuh saya menghubungi salah seorang rekan baik. Insyaallah bisa- begitu jawabnya saat saya berkirim pesan.
Lepas jamaah subuh, ada satu jadwal kegiatan yang harus saya tunaikan, mengaji kitab. Pagi yang belum purna itu, mempertemukan saya dengan satu kalimat petuah. Di depan pasang mata redup peserta ngaji seraya penuh yakin dan mantab saya menyampaikan "bertemunya kebaikan tidak karena kebetulan tapi sebab lahirnya dua niat baik antara dua orang itu". Meski satu dua anak yang beri anggukan tanda paham, saya cukup senang.
Tepat pukul tujuh lebih dua puluh empat dan matahari masih bersembunyi di balik bentang mendung, saya diantarkan adiknya rekan baik menuju jalan raya. Senyum tulus keduanya juga ikut mengantar saya dengan selamat. Terima kasih, saudara rekan baik.
Di sisi lain jalanan cukup lengang, tidak banyak transportasi umum berlalu lalang. Rupanya mereka benar-benar sibuk di pesta negara lima tahunan ink. Hampir lima puluh menit saya menunggunya sebelum akhirnya saya putuskan untuk membuka aplikasi hijau ojek online.
Saya ketik tujuan dan lokasi jemput, tak menunggu lama pesan saya tersambung. Tertulis tujuh menit lagi bapak bermotor akan datang. Tidak apa. Bisik saya dalam hati. Ditemani rintik air awan mendung, sesekali saya memandang ke hamparan abu-abu langit, rasanya lega saja memandang lapangnya langit meski pagi itu tak begitu cerah. Dan alhamdulillah di luar kisaran waktu yang tertera di layar aplikasi, bapak motor helm hijau sudah tiba.
Di tengah perjalanan, si bapak membuka percakapan. Selayaknya penumpang di jok belakang, pembicaraan kami sering diiikuti "nopo, pripun, gimana" dan sesekali "nggeh" aja untuk kalimat pendek yang terlewat saya dengar.
Ternyata bapaknya berniat me-mondok-an anaknya di pesantren tempat saya belajar. Setelah mendengar penjelasan saya yang diiringi angin jalan dan suara laju kendaraan, bapaknya cukup banyak mengangguk dan mantab untuk memilih pesantren tempat belajar saya untuk putranya.
Perjalanan 9,4 km ditempuh tiga belas menit dengan aman dan selamat. Terima kasih bapak baik semoga putranya semangat mondok dan jadi anak soleh ya.. Amiin
Selepas bapak baik ini bertolak kembali, saya memutuskan beli makan untuk sarapan. Dua ribu untuk gorengan di pagi hari. Pikir saya gorengan ini akan cukup mengisi perut dan bakal pas jadi teman menunggu bus.
Saya kembali ke trotoar tempat pemberhentian bus. Sedari berdiri, jongkok, berdiri menyandar pagar hingga duduk hampir enam puluh menit tidak sama sekali tampak wajah bus dari arah barat. Gorengan di kantong plastik putih juga tak jadi saya makan. Rupanya empat gorengan yang berlumur banyak minyak itu juga ikut mencemaskan tuannya.
Saya cemas dalam penantian. Berpikir keras cara sampai rumah. Sempat cek-cek aplikasi hijau lagi. Memasukkan tujuan dan titik jemput yang kali ini jarak tempuhnya cukup jauh. Saya lihat saldo juga masih cukup tapi entah kenapa enggan saja untuk memencet tombol pesan.
Saya masih berharap sang bus bertuliskan sby- prblgo akan datang membelah barisan mobil dari arah barat. Tapi, tetap saja tak kunjung muncul malah semut-semut hantu sudah mengerubungi dua kaki saya diikuti pegal yang tak tertahan.
Ketika saya meregangkan kaki dan menunduk ke arah gawai membalas pesan masuk, tiba-tiba seorang ibu berkendara motor vario berjaket merah muda lengkap dengan helm berhenti di depan saya berdiri. Dia membuka helmnya dan langsung melempar tanya.
"Mbak, mau kemana?"
"Mau ke arah timur bu, ke G***i"
"Oh iya, ayo ikut saya saja, mbak. Saya mau ke k*****i" menyebutkan nama pabrik tempat ia bekerja.
"Mbotenpun bu" timpal saya menolak tapi ingin
"Ayo mbak ikut saja, lama ini nanti busnya. Saya juga kosong ini" lanjut ibu bermata sipit meyakinkan saya yang ragu.
"Mboten nopo-nopo ta bu" kembali saya menanyakan tawaran beliau.
"Iya mbak ndak papa, biar dapat pahala saya nanti bisa ngantar mbak" jawab beliau dengan santai.
Setalah percakapan malu-malu itu, akhirnya saya mau ikut dengannya. Lega sekali rasanya bisa duduk nyaman juga tenang bersama ibu baik ini. Tak henti saya berucap hamdalah di belakangnya dan sesekali tersenyum lega atas kemurahan Allah memberi rentetan rizki tak terduga pagi ini.
Ibu baik ini membuka percakapan sederhana tentang asal dan tujuan saya dan memastikan siapa yang bakal menjemput saya nanti. Ibu baik ini juga mengendarai motornya dengan tenang dan aman di sepanjang perjalanan.
Di tengah perjalanan saya mulai mencari nomor kotak orang rumah untuk bisa menjemput saya. Lima menit menunggu balasan tak kunjung ada, akhirnya saya memilih nama salah seorang teman yang rasanya bisa membantu.
Syukurnya, rumah teman saya ini tidak jauh dari pabrik tempat ibu baik ini bekerja. Untungnya juga dia segera membalas pesan saya yang seperti serangan fajar minta antar pulang, Hehehe. Alhamdulillah dia bisa menjemput dan mengantar ke rumah. Ah.. rasanya betul-betul indah sekali rencana Allah pagi ini untuk saya. Awalnya sungkan sekali dan khawatir pula dia tidak bisa. Tapi, ya syukur sekali teman baik ini mau dan siap mengantar.
Tak butuh waktu lama, ibu baik telah sampai di depan gerbang hijau tinggi pabrik tempatnya belerja. Saya turun, mengucapkan terima kasih juga maaf kepadanya seraya mencium tangan beliau. Ibu baik itu membalas senyum dan pamit masuk gerbang. Semoga ibu baik banyak rejekinya, sehat-sehat selalu, dan dikelilingi orang-orang baik. Terima kasih tak terhinggga ya ibu baik.
Selanjutnya, saya sudah duduk di jok belakang motor teman saya (Kita panggil dia teman baik). Dia rupanya emang hobi berbuat baik sama semua orang. Makanya ringan sekali badannya bergerak membantu teman-temannya yang butuh bantuan. Dia mengantar saya ke rumah dengan aman, nyaman dan selamat sampai bisa bertemu ibu dan abi saya. Terima kasih ya teman baik yang masih terus berbuat baik.
Tidak habis rasa syukur saya atas perjalanan bertemu kebaikan hari ini. Benar-benar min haitsu la yahtasib. Allah begitu Maha Baik dengan caranya. Kebaikan yang kita terima dari tulusnya orang di sekeliling kita yang bersedia berbagi energi, tenaga dan hartanya untuk kita adalah suatu kebahagiaan.
Entah saya telah melintaskan niat apa pagi ini, atau malah lupa memulai hari tanpa niat, saya masih diberi banyak kebaikan sama Allah. Alangkah malu jika saya tak banyak berbuat baik juga pada orang, tidak pandai bersyukur atas kebaikan-kebaikan yang Allah berikan tanpa perhitungan kepada saya.
Berbuat baik adalah salah satu tugas utama kita menjadi hamba Allah dan umat sosial. Perintah Allah untuk amar ma'ruf nahi munkar, saling tolong menolong dalam kebaikan dan berbuat baik pada semua makhluk akan melahirkan bahagia di hati kita, oleh sebab itu berbuat baik menjadi ibadah mulia dan istimewa pahalanya.
Ada nasihat tentang kebaikan dari ulama' idola saya, Syaikh Mutawalli Sya'rowi :
"Allah tak akan melupakan kebaikan yang kau lakukan, kesedihan orang lain yang kau hapuskan, juga air mata seseorang yang nyaris jatuh akan tetapi kau bahagiakan, hiduplah dengan prinsip "berbuat baiklah meskipun kau tiak mendapat balasan apa-apa atas kebaikanmu, bukan karena mereka. Tapi, karena Allah mencintai orang-orang baik".
Semoga cerita ini bisa diambil baiknya dan menjadi sumber semanagat untuk kita agar lebih banyak berbuat baik semata-mata karena Allah. Terima kasih ya Rabb sudah mengirimkan orang-orang baik untuk saya. Terima kasih ya orang-orang baik. Semoga kebaikan selalu menyertai kalian. Amiin

0 komentar
Silakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....