Menulis catatan ini, ketika Ramadhan memasuki hari ketiganya di tahun 1445 H. Selama tiga hari ini pula Allah Ta'ala benar-benar memberi suasana tenteram dan patut saya sebut awal Ramadhan yang paling romantis. Kenapa?
Sebab Allah Ta'ala meneduhkan langit dan buminya dalam kondisi yang dilingkupi kesahduan. Meski sinar hangat mentari pagi harus terhalang tebalnya awan abu-abu, tapi suasana ini yang meringankan kegiatan baru kami. Sebenarnya bukan hal baru sebab sudah rutin tiap tahun yaa.. tapi aktivitas baru setelah beberapa bulan tidak melakukannya juga merupakan hal yang butuh banyak usaha juga penyesuaian diri.
Setiap mengawali hari, rintik gerimis selalu menyambut pagi yang senyap, mata yang membuka kelopaknya, hidung yang menghirup petrikornya, telinga yang mendengar merdu suara turunnya, tak terelak aliran serotonin di dalam otak bertambah deras hingga melahirkan rasa tenang yang telah bercampur hormon rasa malas bangkit dari nyamannya selimut dan dekap erat kelopak mata.
Rasanya tiga hari ini tak habis-habis memuji maha baiknya Allah ta'ala. Dibuat tersenyum dan takjub atas rangkaian peristiwa alam yang disetting. Rasanya durhaka jika tak wujudkan rasa syukur atau naudzubillah sampai bisa menyia-nyiakannya.
Pagi ini, di tengah kesyahduan romantika langit dan bumi. Saya bersama kawan-kawan mendapat dengar satu kisah romantis. Izinkan saya ceritakan, jangan sampai terlewatkan yaa.
Di dalam kitab Sabilut Taubah karya Syaikh Abu Qosim ibn Asakir, dikisahkan tentang Taubatnya seorang pemuda dan pemudi yang saling mencintai.
Kisah ini dibacakan oleh guru kami dan didengarkan oleh kami yang sebagian besar berada dalam kondisi di bawah pengaruh sendu mendung dan malasnya pergerakan kelopak mata. Hehehehe
Diriwayatkan oleh Sayyidina Roja' bin 'Umar An Nakho'i. bahwa di Daerah Kufah, ada seorang pemuda tampan, ahli ibadah juga zahid sedang berada di daerah Nakho, lalu tak senagaja melihat salah seorang wanita warga Nakho yang berparas cantik. Seketika itu mereka saling pandang sehingga timbul diantara keduanya rasa cinta. Ciee.. pandangan pertama ♥️
Sebab itu, demi menjaga cintanya, sang pemuda mengirim utusan ke rumah sang wanita tersebut dengan niat mengkhitbahnya. Namun nasib tak dapat ditolak, sang Ayah wanita tersebut melontarkan kabar bahwa putrinya telah dijodohkan dengan sepupunya, putra dari saudaranya.
Bisik riuh peserta mengaji terdengar seantero ruang, seolah turut merasakan emosi pilu sang pemuda.
Mendengar jawaban dari ayah wanita cantik tersebut, tak lantas menyurutkan besarnya cinta mereka, malah kian bertumbuh dan semakin kuat. Hatta suatu hari demi memperjuangkan cintanya, sang wanita mengirimkan sepucuk surat kepada sang pemuda.
Dawuh ustad kami, begini isi pesan singkat whatsappnya, yang sontak mengundang gelak tawa kami. Mengusir rasa kantuk yang sedari tadi menggantungkan bebannya di bulu-bulu mata kami.
"Telah kurasa di hatiku besarnya cintamu padaku, dan sungguh besar pula ujian mencintaimu. Jika kau berkenan maka aku akan lekas menemuimu dan akan kuupayakan kau bisa datang ke rumahku"
Seketika dehem dan senyum mencairkan kegelisahan kami akibat menunggu ujung kisahnya. Hehehehe
Usai membacanya, sang pemuda mengirim utusan agar menyampaikan balasan surat sang pujaan hati. "aku tak ingin melakukan dua hal itu" dia juga mengutip satu ayat Al Quran "sungguh aku takut kepada azab Allah di hari besar, jika aku mendurhakainya". Lanjutnya.
Ketika si utusan menyampaikan balasan dari tuannya, sang wanita membalasnya : "sudah ku yakini bahwa memang ia adalah pemuda yang zuhud lagi takut pada Allah Ta'ala. Demi Allah ! Tak ada seorang pun yang pantas mendapatkan pemuda sepertinya dan ia termasuk golongan hamba yang taat"
Kemudian, wanita tersebut menanggalkan segala aksesoris duniawinya, melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan pemuda itu dan memilih pakaian paling sederhana lantas mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa hatinya dirundung nestapa, badannya menjadi kurus sebab memikirkan cintanya sehingga suatu hari dia meninggal dunia tak lain tak bukan sebab kerinduan mendalam kepada pemuda yang dicintainya.
Di sisi lain, setelah tahu akan kematian wanita yang dicintainya, pemuda itu mengunjungi pusaranya, lantas tertidur hingga memimpikannya.
Seolah-olah dalam mimpinya ia melihat sang wanita dengan paras yang lebih elok dan menawan. Pemuda itu menyapanya "Bagaimana kabarmu? Dan apa yang kau jumpai setelah bertemu denganku?"
Wanita itu menjawab :
Wahai kekasihku, sebaik-baiknya cinta adalah mencintaimu, cinta yang menuntunku pada kebajikan dan perbuatan baik.
Dia bertanya kembali "lalu kemana engkau akan pergi?". "Aku akan pergi ke tempat penuh nikmat dan kehidupan yang tiada batas, ke surga abadi tempat yang tak pernah sirna" balasnya.
Lantas dia berucap : "ingatlah aku selalu, disana! Sungguh disini aku tak pernah melupakanmu". "Begitu juga aku" jawab si wanita ."Demi Allah! Tak sekalipun aku pernah melupakanmu. Akupun telah meminta pada tuhanku juga tuhanmu supaya aku tetap mengingatmu". Jawab sang wanita lantas berpaling darinya.
Sang pemuda bertanya lagi "lantas, kapan aku bisa melihatmu lagi?". "Tak akan lama lagi". Jawabnya.
Ruang ngaji seketika mengharu biru, turut merasakan lepasnya sesak rindu kedua sejoli yang berjumpa.
Setelah terjadi percakapan kerinduan di alam mimpi itu, sang pemuda tak lagi membuka matanya hingga hari ketujuh dan tak lama kemudian dia wafat. Semoga Allah merahmati keduanya.
Gemuruh haru biru peserta ngaji terdengar di ujung kisah romantis dua hamba Allah ini. Senyum haru tergambar di raut wajah kami mendengar kisah keduanya.
Padahal dua sejoli itu belum sampai berbuat maksiat, tapi keduanya segera memohon ampunan, bertaubat dan lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Cinta. Keduanya memilih menahan cinta yang terhalang ridho orang tua. hingga maut mempertemukan cinta sejati mereka di keabadian yang hakiki. Kali ini bukan maut yang memisahkan ya!!
Sungguh romantis bukan rencana Allah. Kalau kita hanya melihat kesengsaraan akan cinta yang seakan tak terbalas, seolah tak disambut baik padahal sudah jelas dirasa hati atas tumbuhnya saling cinta, maka kita hanya akan berkawan kecewa, marah, sedih bahkan menyalahkan diri dan sekitar kita. Tapi dengan kita menyerahkan segala urusan kita kepadaNya, insyaallah kita akan menikmati keindahan hakiki yang telah dijanjikanNya.
Berat juga yaa, pasti saat itu mereka melalui proses yang tak mudah dan menahan sakit yang panjang. Sebab mereka tergolong orang beriman dan takut pada Allah Ta'ala. Mereka berhasil melaluinya meskipun tidak dinikmati di dunia.
Sudah sepatutnya kita bertaubat setiap waktunya, berupaya kembali kepada Allah Ta'ala dan memohon turunnya pertolongan dariNya agar tetap mengingatnya, senantiasa bersyukur dan berkesempatan memperbaiki ibadah kepadaNya. Seperti doa berikut
اللهم أعنّا على ذكرك وشكرك ÙˆØØ³Ù† عبادتك
Semoga bisa diambil hikmahnya dan bermanfaat untuk kita semua.
3 Ramadhan 1445 H
