Romansa dalam Seni Mendengarkan

by - August 23, 2019


Banyak orang yang berkomunikasi setiap hari dengan kita. Berbagi dan bertukar informasi terus berjalan dan pasti terjadi. Namun ada saja proses penyampaiannya menemukan ketidaklancaran yang berakibat salah arti dan paham. Sebab ketidaktahuan dan kepahaman maksud dari apa yang disampaikan.

Banyak orang mampu mendengar namun tak banyak yang benar-benar mendengarkan bahkan mengabaikannya dalam kepalsuan mata yang  berlagak menyimak atau berlalu di terowongan antara dua telinga pendengar saja. Masuk dari kiri dan langsung saja keluar kanan. Nah hal ini memunculkan reaksi kurang puas, kecewa, jengkel, menyesal atau perasaan dan perilaku negatif lainnya bagi yang bicara atau dia yang telah sungguh-sungguh ingin mengungkapkan perasaannya atau sekedar berbagi info pada yang lain.

Batu Raden, Purwokerto - Jawa Tengah

Tentang mendengar, dia adalah kata kerja yang berkaitan dengan fungsi salah satu anggota tubuh kita, yaitu telinga. Bagian tubuh yang dipasang di dua sisi kita, kiri dan kanan. Ada fungsi dan tujuan sendiri dari bagian tubuh tak bertulang ini. Secara fisik sebagai indera untuk kita menangkap suara yang datang dari luar dan secara posisi memiliki makna yang perlu diketahui dan dipahami. 

Penciptaan dan penempatan ciptaan Allah pastilah memiliki arti. Seperti yang sering didengar bahwa Allah mencipta dua telinga dan satu bibir agar manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kenapa ditaruh pada kanan kiri kepala? Sebab kita perlu mendengar dari berbagai sisi baik positif atau negatif. Namun telinga hanya media penangkap utama dan pertama selanjutnya akan di teruskan ke bagian lain dengan fungsi yang tak kalah penting, yaitu otak dan hati.

Otak yang berfungsi memberikan sensor peka suara pada daun telinga juga mengolah isi informasi yang perlu dinalar agar bisa diterima secara akal manusia sedangkan hati berperan menyaring informasi agar respon yang kita lakukan bisa dikatakan baik, benar dan bijak.

Bagi saya mendengarkan adalah sebuah seni yang seharusnya dikuasai, sebab fungsinya begitu penting bagi kita untuk hidup sebagai individu sosial karena bukan hanya sekedar mendengar saja tapi tapi mendengarkan butuh indera pendengar yang aktif dan kesediaan diri untuk siap menangkap apa yang akan dan telah diungkapkan oleh sesiapa yang berbicara.

Menjadi pendengar yang baik, sebenarnya semua orang bisa melakukannya namun ada beberapa yang ditemui tak cukup cakap dengan seni mendengarkan ini sebab faktor-faktor tertentu yang menhalanginya baik dari segi fisik atau watak. Namun seni mendengarkan masuk dalam kecakapan interpersonal skill  seorang individu dimana ia memiliki kemampuan lebih untuk siap diri menyimak, melapangkan dada dan mengontrol emosi serta memberikan respon bijak. Nah hal ini bagiku bisa dilatih jika kita mau untuk menjadi pendengar yang baik.

Mendengarkan mereka yang bercerita atau sekedar menumpahkan segala emosinya dengan kata-kata yang panjang tak ketinggalan dengan berbagai macam ekpresinya memang hal yang membuat sebagian orang jenuh untuk mendengarkannya, namun sejatinya kesediaan kita mendengarkan adalah bentuk perhatian yang sedang mereka butuhkan saat itu. Duduk disampingnya, memperhatikan dengan mengikuti alur bicaranya sudah cukup membuat mereka merasa lebih baik. Apalagi jika ada respon dan solusi akan sangat lebih baik bagi mereka setalah pertarungan emosi yang mengusiknya.

Baik laki-laki atau perempuan pasti butuh seseorang untuk bisa mendengar apa saja yang ia rasa dan pikirkan. Apalagi perempuan mereka sangat butuh untuk sekedar didengarkan dan diperhatikan, tapi tidak semua. Setelah mereka menguras habis emosinya lewat mengungkapkan kepada seseorang akan cukup membuat mereka merasa lega dari pada melakukan sesuatu atau memendamnya. Setidaknya beban yang penuh dalam dirinya sedikit terkurangi.

Untuk menjadi pendengar yang baik bisa dicoba dengan  :
  1. Mau untuk mendengarkan 
  2. Bersedia mendengar apapun dari mereka
  3. Memberikan respon minimal (Oh.. Hmmm, Terus.., Lalu ... dll)
  4. Mengulangi kalimatnya untuk meyakinkan
  5. Mengulangi perasaan yang ia rasakan (proyeksi)
  6. Bersimpati dan berempati
  7. Ikut memberi saran dengan izinnya
  8. Mendukung keputusannya
Tidak ada salahnya untuk kita mencoba, toh memang sudah tugas kita untuk mensyukuri nikmat indera pendengar kita dengan mendengarkan mereka yang sedang butuh untuk kita perhatikan. Romansa mendengar ada pada titik dimana kita mau mendengar luapan rasa dan pikir orang lain meski itu tidak ada sama sekali berkaitan dengan kita. Aku bisa menemukan berbagai macam emosi dan ekpresi dari setiap orang yang berbicara dan bagiamana cara orang merespon apa yang dihadapi dan diterimanya. Aku juga merasa bahwa aku menjadi salah satu orang yang dipercayanya.

***Tapi mendengar yang membuat kita menjadi tidak positif cukup didengar saja tidak untuk diteruskan ke hati toh mau bagaimanapun telinga tetap mendengar. 


Jeda dalam jenuh, di hari hari mereka dengan orang tua.

You May Also Like

0 komentar

Silakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....

Powered by Blogger.