Setiap kali dia hadir pada detik lelah
Seketika itu pula mendung duka tiba
Tidak perlu menunggu hitungan jam
Hujan gelisah dan menit telah bersama
Tak bisa aku menolak datangnya
Sebab dia, seia sekata dengan lelah
Aku hanya bisa pasang diam panjang
Padahal jeritan kian meraung malang
Seiring berlalu dia duduk singgah
Kian terdengar keras gemuruh sedu
Kabar fisik yang bergelut penat
Sudah lama memekik keluh
Diantara sunyi yang kian lengang
Badai gelisah ikut tak terhalang
Duka tak bisa lagi disembunyikan
Rinai air tumpah ruah bercucuran
Kepada dinding yang selalu bisu
Kepada air yang semakin kelu
Aku menumpahkan yang tertahan
Berusaha tetap tegar agar bertahan
Aku tak henti memeluk sedih ku
Malah kian erat saat tak terbendung
Meski pelik, ku coba menerimanya
Lalu pelan-pelan, ku coba melepasnya
(menarik napas ... )
Diantara badai gelisah yang berkecamuk
Aku pilih berbisik dalam ringkuk sujud
Sebab aku percaya Sang Maha Tahu
Pasti mendengar bisikan rintih ku
Entah kapan badai musiman berakhir
Aku hanya bersimpuh kepada sang Maha
Kapanpun dia datang bersama badai
Kelak aku mampu berdiri nan gagah
Yang selalu berusaha dan berjuang, Juni 2021

