Jamuan Selepek Teh
Suatu subuh sebelum sinar matahari menembus atmosfer bumi, seusai wirid panjang dibacakan, di depan tiga lepek yang berisikan teh yang mengepulkan uap yang meliuk-liuk setelah keluar dari teko kuning, teko khas jamuan jamaah haji dan umroh milik empunya, saya bersama dua rekan saya berbincang-bincang tentang keheranan kami kepada para orang-orang di atas rata-rata yang berada di sekitar kami.
Sungguh kami selalu dibuat heran hingga sangat kagum dengan capaian yang dimiliki orang-orang tersebut. Meskipun kami pernah membahasnya, rasanya keheranan itu terus saja muncul ketika menyebut nama mereka dan melihat mereka dan sering kali mulut kami berujar "kok bisa yaa". Nah, siapakah mereka? Apa saja yang sudah mereka perbuat? Bagaimana kami dibuat heran nan kagum pada mereka?
Pada mulanya kami membahas kecerdasan salah seorang ulama yang akhir-akhir ini sedang viral di seluruh penjuru nusantara yang lagi-lagi ketenarannya hasil gercep media sosial. Beliau adalah Gus Baha'. Seorang ahli tafsir Al Quran, putra mahkota bumi Rembang, Jawa Tengah. Bukan hanya tafsir, tapi ilmu syariat lain juga beliau kuasai secara mendalam.
Sekarang ini, siapa yang tidak tahu tentang beliau, meskipun beliau tidak memiliki akun di dunia maya tapi wajahnya selalu menghiasi lini masa dunia maya. Dia bagai oase yang memberikan kesegaran di tengah panasnya gurun dunia maya yang menyengat, seperti itu kiranya analogi untuk beliau.
Gus Baha' yang bernama asli KH. Bahaudin Nur Salim adalah salah satu ulama dakwahnya sangat ramah, mudah diterima bahkan dawuhnya senantiasa dicari juga ditunggu oleh manusia Nusantara. Bukan hanya dari kalangan para orang tua saja, namun juga oleh anak-anak muda. Mungkin teman-teman juga merasakan dan mengetahuinya.
Syariat Islam yang rupanya terasa berat, seakan terlihat ringan dan mudah jika beliau yang memyampaikan dan menginstruksikan. Persoalan-persoalan rumit yang biasanya sering kita hadapi, dibahas dan ditemukan solusinya oleh beliau dengan dalil yang pas di kantong hati dan otak pendengarnya.
Kepiawaian beliau di dalam mengkaji syariat, bukan dari ilmu cepat saji yang bisa hanya sebulan langsung begitu lihai, tidak!! keistimewaan beliau adalah buah dari perjuangan beliau dalam menimba ilmu dari para guru-gurunya yang juga luar biasa. Beliau adalah produk asli bis Shod pondok pesantren Nusantara, tepatnya Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang asuhan Allahu Yarham Syaikhina Al Mukarrom KH. Maimoen Zubair.
Beliau tidak pernah mencicipi pendidikan akademik perguruan tinggi, tapi bagi saya, si faqir nan awam ini melihat ilmu beliau jauh melebihi para akademisi perguruan tinggi bahkan setara profesor. Hal ini terbukti dari ketertarikan para cendekiawan salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta untuk mengikutsertakan beliau menjadi bagiannya, yakni pada Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia yang memangku bagian Mufassir dan Mufassir Faqih. Wes pokok e bagian keren dan pwenting di Lajnah tersebut. Dimana Gus Baha' adalah satu-satunya anggota yang berasal dari pendidikan Non-Formal yang disandingkan dengan para Doktor dan Profesor Nusantara.
Wajar sekali untuk kalangan seperti saya mengagumi keistimewaaan beliau. Beliau sangat tepat sekali dengan pepatah "padi yang semakin beirisi semakin merunduk". Seperti yang kerap kali kita lihat bahwa beliau selalu berpenampilan sederhana, kopyah, baju takwa putih dan sarung adalah ciri khas beliau ketika berdakwah atau sekadar menghadiri undangan.
Rasanya tak cukup jika harus menuliskan kekaguman saya di halaman ini, ilmunya sangat patut kita petik pun akhlaknya sudah sepantasnya kita teladani. Meskipun tidak sampai raga kita bersua dengan beliau, setidaknya gawai yang kita pegang ini senantiasa bersedia menemuinya, mendengarkan dan menyimak kalam mutiaranya.
Usai menyeruput habis teh hangat di atas lepek putih itu, kami meloncat ke pembahasan yang sama tapi bereda, kita beralih ke beberapa guru kami di sini. Selain para pengasuh yang selalu membuat kami kagum. Ada beberapa guru lain yang sering pula membuat kami heran berujung kagum akan kecerdasannya.
Pertama, sang ahli sejarah pondok kami, Gus Wafi, lulusan salah satu lembaga pendidikan non- Formal di Madinah Al Munawwaroh. Beh.. jika sudah keluar nama salah satu sahabat Nabi atau ulama, beliau akan meruntutkan kronologi peristiwa bahkan sampai pada nasabnya. Hafalannya terhadap nama, tanggal, dan peristiwa para Sahabat dan Ulama sungguh dhobit. Tak sampai rasanya tangan saya untuk menuliskannya. Bilamana beliau berkisah seakan beliau membacakan bukunya untuk kami padahal beliau berkisah tanpa secarik kertas pun di depannya.
Pernah suatu hari saat pengajian sentral yang diikuti semua santri, beliau membuat mulut kami menganga dan geleng-geleng kepala, ketika beliau menceritakan beberapa kemenangan yang pernah diraih oleh salah satu club sepak bola Eropa. Bahkan beliau hafal nama pemain, pelatih juga tahun-tahun pentingnya. Wahh.. keren. Kira-kira apalagi yang beliau hafalkan yaa...
Ok. Selanjutnya ada salah satu guru kami yang jika kami sebutkan namanya saja atau pun memandangnya apalagi ikut dalam pengajiannya, kita seakan mengingat dan melihat bahwa dunia ini memang kecil sedangkan akhirat adalah kebahagiaan sejati. Yes, its true, kawan!
Beliau Ustad Lukman, bagi saya pribadi beliau adalah sosok ahli tasawuf. Beliau pernah nyantri di pondok pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri selama kurang lebih sepuluh tahun. Kitab apapun yang beliau kaji selalu disisipkan nilai tasawuf. Saya pribadi sering kali dituntun, dipaksa, bahkan ditampar dengan dawuh dan akhlaknya yang sederhana. Dawuhnya selaksa obat untuk hati yang terluka dan cara pikir yang cetek macam milik saya.
Menjaga untuk senantiasa dekat dengan Allah dan Rosulnya adalah kunci utama dan penting untuk bisa masuk ke dunia kecil ini dan kebahagiaan akhirat kelak, itu prinsip yang saya pahami dari beliau.
Istiqomah adalah karakter beliau yang sering kami jumpai. Beliau akan selalu datang ke majelisnya tepat sesuai dengan jadwalnya, tetap hadir meskipun dua orang santri yang datang, senantiasa akan berangkat meski hujan mengguyur atau terik matahari menyengat ubun-ubun.
Meski saya tidak rajin mengikuti pengajian beliau, saya sering mendapati pukulan pelik dari beliau yang sangat tepat sasaran mengenai hati saya sebab masalah kecil dan remeh. Ternyata itu pun dialami oleh rekan-rekan yang lain. Jadi, rupanya beliau ini bisa membaca benak dan hati santrinya. Beliau akan melesatkan peluru untaian kalimat nasihatnya tepat mengenai ke lima indera kami.
Analogi dan diksi penyampaian keterangan dari beliau sangat indah, kami bisa memahaminya dengan baik, mudah dan cepat. Kisah-kisah adab para guru selalu beliau bagikan kepada kami, agar kami bisa menirunya. Kami selalu disadarkan akan keluhuran ilmu, keberuntungan memilikinya, kebaikan yang diperolehnya sebab ilmu dan mengagungkannya.
Hmm.. begitulah orang-orang hebat jika berbuat, keren juga luar biasa apalagi dengan tetap memilih kesederhaaan sebagai pakaian sehari-harinya. Meskipun ilmunya menyentuh atap langit biru namun dirinya tetap setia pada tanah berbatu seraya menunduk ta’dzim.
Ada satu lagi yang membuat heran saya muncul. Saya memiliki tetangga yang keren abisszz. Dia bukan lulusan kampus teknik yang akreditasi A+, tapi kemampuannya setara dengan lulusannya bahkan dosen-dosennya.
Apa yang membuat saya heran dan kagum? Bagi saya dia ini pantas saya sebut arsitek. Beberapa tahun lalu dia diterima kerja di salah satu perusahaan kecil. Dia diminta atasannya untuk mendesain interior dan bangunan. Dia sebenarnya tidak mahir dalam dunia perkomputeran sempat saja dia bertanya-tanya padaku pengoperasian dasarnya. Kwkwkwkwk.
Baru beberapa hari dari perintah proyek itu, saya mendapati dia telah menyelesaikan tugasnya. Aplikasi yang sering dipakai para arsitek mendesain proyeknya sudah cukup mahir dia kuasai. Gambar Interiornya sudah jadi dengan sangat detail macam karya arsitek betulan. Padahal ia hanya diajari beberapa kali oleh atasannya, namun dia dengan cepat memahaminya dan lekas nyantol dengan intruksinya. Beh kereen lah pokoknya.
Sebelum dia mengenal perkomputeran, menurut pengamatan saya, memang dia adalah golongan tipe manusia dengan daya kreatif yang tinggi. Tangannya selalu menghasilkan karya unik nan asyik. Pernah ada kaligrafi cantik terpajang di ruang tamunya, juga buah karya terapan lain yang mengisi interior rumahnya. Seringkali tetangga atau kenalannya meminta bantuannya dalam ihwal mempercantik rumah dan perbaikan barang-barang elektronik.
Oh iyaa, namanya adalah Cak Sujar. Seorang laki-laki yang hanya tamatan sekolah dasar tapi kecerdasaanya melampaui tamatan sekolah tinggi. Karya terkahir yang sempat aku ketahui adalah mendesain gedung TPQ milik tetangganya. Hasilnyaaa wes pokok mirip arsitek, tenanan!!
Entah hari ini sudah berapa proyek yang sudah dia garap. Sudah lama saya tak bertegur sapa dengannya. Seandainya namanya masuk dalam jajaran arsitek mungkin dia juga lebih banyak proyek dan bayarannya pun akan sama seperti yang beruntung memiliki gelar. Namun rupanya dia lebih memilih tinggal nyaman di desa kami dengan pekerjaannya hari ini.
Begitulah sepenggal keherananku pada mereka yang kemudian melahirkan rasa kagum, sebab hal yang tidak biasa yang dimiliki oleh mereka. Bagi saya kemampuan yang dimiliki mereka berada di atas rata-rata.
Saya mencoba untuk menarik benang merah dari mereka, saya temukan bahwa semua orang memiliki kesempatan bisa seperti mereka bahkan lebih dari itu. Patuh, sabar, ikhlas dan telaten adalah proses panjang yang terus mereka latih dan terapkan hingga keistimewaannya berbuah manis saat ini, yang berhasil menciptakan keheranan banyak orang khususnya saya.
Satu hal lagi yang bisa saya temukan, yaitu benih CINTA yang tumbuh di dalam diri mereka. Cinta kepada Tuhan dan Rosulnya. Bentuk cinta yang mereka buktikan dengan kepatuhan dan usaha-usaha untuk bisa mendekati teladan titi laku sang pusat akhlak. Selanjutnya mereka menaruh cinta dan merawatnya untuk aktifitas atau kegiatan yang dilakukan. Entah bagaimana definisi cinta tapi saya rasa cinta tak cukup hanya diwakilkan dengan kata, sebab ia berasal dari hati dan bisa dirasakan dari hati yang lain pula.
Allah Maha Hebat, ciptaannya selalu hebat dan tidak kecil bahkan tidak pernah sia-sia. Manusia diciptakanNya dengan bekal kecerdasan, yang kecerdasannya berbeda satu dengan yang lain. Tulisan ini bukan memprovokasi untuk menyulut insecure yaa, TIDAK!! saya ingin berbagi pada teman-teman atas keunikan mereka yang mereka dapatkan dari memanfaatkan takdir yang diterima dan kesediaan mereka untuk berusaha lebih baik.
Tugas kita sebagai hamba dan umat, sudah sewajarnya untuk berusaha menemukan dan mengembangkan kemampuan/kecerdasan besar yang ada di dalam diri kita, tidak cukup hanya heran dan kagum saja. Mengapa? supaya kita bisa hidup lebih baik, agar kita bisa belajar dari mereka yang hebat duluan, selain itu agar kita menyadari bahwa dibalik kehebatan tersebut ada yang memberinya, bukan semata-mata dari diri yang lemah ini melainkan dari Sang Maha Besar Sang Maha Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tak ada teh yang bisa dituangkan lagi dari teko emas itu, teko yang pemiliknya juga sangat saya kagumi, mungkin lain kali akan saya ceritakan. Mari berdiri dan temukan kemampuan kita.
Dari awam nan faqir yang mengagumi Panjenengan, 27 Januari 2021

3 komentar
Terimakasih telah berbagi kisah inspiratif mengenai orang di atas rata-rata.semoga akan ada cerita orang di atas rata-rata lainya yang anda tuliskan di blog ini.saya tunggu ya mbk 😊😊😊
ReplyDeleteAkhirnya jadi deh analognya🙃
ReplyDeleteBuat lanjutan cerita teko emas ya😊
ReplyDeleteSilakan tinggalkan pesan, saran, masukan disini yaaa....