Sejak media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari zaman ini bahkan terus membuntuti hampir dua puluh empat jam dari waktu kita, sejak saat itu pula kehidupan kita tak bisa terhindarkan dari paparan pengaruh yang menyertainya.
Media sosial yang sejatinya diciptakan untuk tujuan kebaikan yakni berbagi informasi, memudahkan komunikasi dan ajang menciptakan kreatifitas, pada perkembangannya melahirkan dampak buruk bahkan murka.
Informasi yang sangat beragam dan terus silih berganti dengan ambisi pemiliknya, media sosial tidak luput dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab yang hanya menuruti ego dan ketamakannya sendiri sehingga tidak bisa dipungkiri informasi tak benar, bohong alias palsu seringkali mampir ke layar gawai kita. Ini adalah salah satu, dua dampak negatif media sosial.
Secara sadar dan tidak sadar informasi yang disebar melalui media sosial banyak memengaruhi cara pandang, persepsi, bahkan cara hidup kita bahkan dampak terburuk media sosial bagi penggunanya adalah kecanduan/ adiksi. Maka dari itu akan timbul kondisi tidak baik pada mental penggunanya.
Lalu, apa kaitannya media sosial dan mental seseorang?
Sajian media sosial atau sejumlah produksi software gadget yang kita pegang cukup banyak mencuri fokus kita, menyita waktu kita, memengaruhi persepsi dan ambisi kita, mengubah gaya hidup kita, menghabiskan energi dan uang kita, yang kemudian secara tidak kita sadar sajian media sosial menuntut kita tampil ideal dan sempurna.
Dari sini kita bisa mengetahui sasaran dampak media sosial dan keluarga besarnya, yaitu mental. Apa sih mental itu? Melihat maksud pada KBBI, mental merupakan bagian batin dan watak manusia, yang bisa kita tarik kesimpulan, bahwa disanalah lahir persepsi, sikap dan keseimbangan kesehatan batin kita sebagai manusia.
Untuk itu, kita perlu meningkatkan kesadaran diri akan penggunaan media sosial dan keseimbangan kesehatan mental. Sebab, jika kita enggan atau tidak peduli dan hanya asal konsumsi saja maka media sosial yang akan menjajah mental kita dan membuat kita bertumbuh tidak sehat.
Informasi yang tidak pernah mengenal lampu merah kian berseliweran ditangkap oleh visual dan audio kita lalu berkumpul menjadi persepsi dan respon. Maka dari itu, kebisingan media sosial yang berlomba memberikan sajian terbaiknya secara tidak sadar mendorong penggunanya mengikuti "ideal" yang secara tidak langsung dibuat oleh mereka.
Proses penyaringan informasi dan komunikasi dengan media sosial sangat perlu menjadi senjata kita agar tidak semuanya menjadi konsumsi otak dan hati kita. Kita perlu usaha bijak dalam penggunaan media sosial. Kita juga perlu pagar sebagai langkah awal penyaringan.
Kesempatan hidup di masa sekarang dengan teknologi yang tampak serba efektif dan efisien, kita butuh untuk terus melakukan proses penyesuaian diri dengan perkembangannya dan senantiasa mau belajar banyak hal. Kita diberikan kebebasan memilih sikap terhadap sajian zaman ini, bebas berkreasi megeluarkan segala potensi yang ada untuk kebaikan dengan cara yang baik.
Dunia maya sudah menjadi bagian dunia kita yang banyak memengaruhi diri kita, baik secara fisik dan psikis. Oleh karena itu menjaga, merawat dan memulihkan perlu kita lakukan untuk diri kita. Dunia maya, meski dunia ini terhubung dari sebuah layar kecil tapi pengaruhnya cukup besar.
Kita perlu terus mengantongi kesadaran diri bahwa kita adalah manusia dunia nyata, manusia yang dikaruniai kelebihan dan pasti kekurangan. Kita adalah manusia yang perlu terus melakukan penyesuaian diri dan selanantiasa berusaha kembali pada fitrahnya, yakni ciptaan Tuhan.